Friday, March 29, 2024
Galery

Surat dari anakmu Adit untuk ibu..

Aditya Pratama Sarwono

IMG_20140323_072549
Sudah hari ke-3 , ibu meninggalkan kami bertiga, aku semakin merindukan ibu.. Rumah terasa sudah tidak sama lagi seperti dulu.. Setiap melihat tempat tidur ibu yang kosong, dapur yang tidak lagi mengeluarkan harum masakan kesukaanku, tataan rumah yang ibu atur masih pada tempatnya, omelan2 ibu yang dulu mungkin membuat aku kesal sudah tidak terdengar lagi, candaan2 garing dan curhat dengan ibu di ruang makan pun sudah tidak mungkin terjadi lagi, semua ini membuat aku masih saja menyesal dan sedih..
Kenangan demi kenangan akan ibu, selalu muncul, setiap kali aku terlamun.. Teringat kembali sehari sebelum ibu masuk ICU, aku meminta maaf atas kesalahan demi kesalahan yang tentunya pernah membuat ibu mungkin merasa kecil hati atau merasa gagal dalam mendidik anak..
Jika pada saat itu aku tidak menyempatkan untuk minta maaf kepada ibu, mungkin sampai saat ini aku tidak akan dapat memaafkan diri aku sendiri, karena pada hari itu adalah hari terakhir aku mendengar suara kata memaafkan yang keluar dari mulut ibu dan selebihnya setelah ibu masuk ICU, aku hanya bisa melihat goresan demi goresan tulisan lemah ibu pada kertas-kertas yang masih bisa aku baca, gerakan demi gerakan mulut bisu ibu yang aku berusaha tuk mengerti, dan sampai pada akhirnya hanya bisa dari kontak mata ibu yang sayu dan berair dimana aku hanya bisa menebak2 maksud ibu yang tidak bisa diungkapkan karena kondisi ibu yang semakin memburuk..
Ingin sekali rasanya aku memeluk tubuh ibu yang penuh dengan tusukan selang obat2an, makanan dan ventilator, bekas sayatan demi sayatan operasi pada perut, dada yang dibuat oleh dokter membuat aku tidak tega dengan penderitaan ibu yang berkepanjangan di ruang ICU..
Namun aku hanya bisa meringankan penderitaan ibu dengan memegang erat tangan ibu, memijat kaki ibu, mengusap rambut putih ibu, mencium kening ibu, menunggui ibu yang tertidur dan berharap datangnya keajaiban agar ibu bisa sembuh.. Seiring waktu 1 bulan lamanya di ICU, perasaan tidak ingin kehilangan ibu berubah menjadi rasa ikhlas tuk melepaskan dan tidak ingin ibu menderita lagi..
Aku sangat senang bisa menemani ibu sampai pada detik2 terakhir dimana denyut nadi ibu melambat, tekanan darah menurun, paru2 memompa semakin lemah dan satu persatu bagian tubuh mulai mendingin, ibu perlahan2 meninggalkan kami.. Sekarang aku sudah yakin ibu tidak mengalami sakit lagi, dan aku turut bahagia ibu sudah hidup tenang di surga sana.. Aku berjanji sebagai kakak yang paling besar, akan selalu menjaga bapak dan adikku persis seperti permintaan terakhir ibu..
Aku juga akan membuat klinik gigi sesuai design yang ibu mau, seperti design ruang ICU yang ibu tempati dan ibu dengan susah payah menulis di kertas, meminta untuk dipotret tempatnya. Aku yakin ibu akan menyukai hasil design kliniknya setelah jadi nanti.. Seandainya ada cara untuk bisa mengembalikan ibu, aku akan lakukan dengan resiko2 yang ada..
Tapi mungkin dengan tidak adanya ibu, terjadi adanya blessing in disguise, dimana kami bertiga akan menjadi lebih dekat satu sama yang lain..
Ini mungkin rencana Tuhan yang pada awalnya tidak bisa aku terima, tapi pada akhirnya aku hanya bisa mengambil sisi baiknya dari rencanaNya..
Bu, sudah 29 tahun, ibu merawat aku, aku cuma bisa berharap selama 29 tahun ini akan selalu menjadi kenangan kita yang terindah dalam hidupku..
Aku, bapak, dan Ayu tidak akan melupakan jasa ibu selama ini.. Dan yang mesti ibu tahu, ibu tidak pernah gagal dalam mendidik kami, aku bangga sama ibu, aku sayang ibu selalu..
Maafkan aku, anakmu yang nakal dan keras kepala ini ya bu..

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply